Selasa, 18 Agustus 2015

Renungan 9 Agustus 2015

Berbagi Komunikasi Positif
DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam
Sambungan 2 Agustus 2015

Enam Kiat Menyelesaikan Konflik Dengan Benar
Berikut ini adalah enam kiat yang dilakukan keluarga kokoh untuk menyelesaikan konflik dengan berkompromi atau mencapai konsensus.

I. Selesaikan Konflik Secara Cepat
Salah satu kiat yang dilakukan keluarga kokoh dalam pertengkaran adalah dengan langsung membahasnya ketika suasana masih hangat. Mereka tidak menimbun berbagai keluhan untuk digunakan sebagai senjata kelak. Dalam hal ini, Jack dan isterinya adalah tipe khas dalam keluarga kokoh.
Kami tidak tahu ada benturan di antara kami. Hal itu menganggu kami berdua. Akibatnya kami berusaha menyelesaikan masalah yang muncul secepat mungkin. Kadang-kadang kami harus menunggu sejenak misalnya sampai tiba di rumah dari kerja atau sampai kami agak tenang. Tetapi kami menyelesaikannya secepat mungkin ketimbang membiarkannya menjadi lebih besar.

Jack dengan jelas mempraktekkan apa yang Tuhan katakan tentang hal ini: "Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu."

2. Menyelesaikan Satu Masalah Setiap Kali
Manfaat menyelesaikan masalah jika timbul adalah bahwa keluarga lebih cenderung menyelesaikan satu masalah setiap kali. Paula dari Virginia memberikan beberapa gagasan mengenai mengapa baik mengikuti aturan ini.
Setelah bertengkar hebat yang diawali dengan pengeluaran anggaran yang berlebihan sampai pada kaos kotor yang disimpan di bawah tempat tidur meluas hingga ke rambut dalam bak cuci tanga dilanjutkan sampai kedua pasang mertua, di mana berlibur, kami kemudia menjadi sadar. Bagaimana kami bisa menyelesaikan masalah ini sekaligus? Seandainya kami bisa menunda soal kaos, rambut, mertua dan liburan, kami dapat berkonsentrasi pada anggaran belanja. Kami dapat menyelesaikan satu masalah; itu bisa diatasi, tapi lima masalah sekaligus sungguh tidak mungkin.

3. Lebih Spesifik
Sudah lama saya marah pada isteri saya karena mengira bahwa ia menghambur-hamburkan uang. Saya mengeluh bahwa ia mengeluarkan terlalu banyak uang. Ia menjawab tidak dapat lebih menghemat lagi.
Akhirnya, dalam satu pertengkaran ia mengatakan, "Katakan bagaimana caranya untuk lebih berhemat lagi."
Jawab saya, "Kami sudah benar mengeluarkan untuk keperluan dapur dan kamu tidak terlalu royal untuk dirimu sendiri tetapi kamu bisa berbelanja lebih sedikit dalam hal pakaian anak-anak."
Tiba-tiba saya sadar. Itulah yang benar-benar menjengkelkan saya. Ia mengusulkan bahwa ia akan memilih toko pakaian yang lebih murah untuk pakaian anak-anak khususnya pakaian untuk bermain.
Memang agak lucu. Ketika saya bisa lebih spesifik mengatakannya ternyata dia dan saya bisa mengatasinya.
Anggota keluarga yang kokoh mempunyai rekor yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah karena keluhan yang spesifik lebih mudah diselesaikan. "Kamu tidak pernah bicara dengan saya" lebih susah diselesaikan daripada "Saya ingin kita bisa menikmati tiga puluh menit setiap malam tanpa televisi, surat kabar atau anak-anak."

4. Menjadi Sekutu
Mungkin pendekatan keluarga kokoh yang menghindarkan mereka dari kesedihan dalam situasi konflik adalah dengan menyerang permasalahannya bukan menyerang pribadinya. Seorang suami mengatakan
Memang bodoh bila terperangkap dalam penyerangan antar pribadi kalau bertengkar. Yang timbul adalah perasaan saling menyakiti dan api semakin besar. Kami mencoba melihat diri sendiri berada di pihak yang sama sebagai satu tim. Musuhnya adalah permasalahannya. Kami menghadapinya bukan saling melawan. 

5. Buang Bomnya. 
Seorang suami/isteri atau anak dapat rusak karena berbagai cara. Kami menamakan implementasi perusakan itu "bom atom". Senjata itu disimpan sebagai upaya terakhir. Biasanya Anda cepat putus asa atau dimakan api kemarahan dan dengan demikian melampiaskan seluruh kekesalan.
Anggota keluara kokoh membekukan senjata nuklir demikian. Seorang isteri dari Alabama mengatakan:
Saya mengenal suami dan anak-anak lebih dari siapapun. Saya mengetahui ketakutan dan kelemahan mereka. Saya bisa melukai hati.
Jadi mengapa saya tidak membuka rahasia saja dan mengatakan semua hal banyak yang bisa membuat saya "menang"? Karena itu harga yang terlalu mahal untuk dibayar demi memenangkan perang itu. Para jendral kadang-kadang membuat kesalahan itu,. Anak saya pengemar Perang Dunia II dan saya sering mendengar ia mengatakan, "Pihak ini dan itu memenangkan pertempuran, tetapi korbannya sangat banyak. Mereka menang tetapi dengan harga yang teramat mahal.
Saya merasa itu merupakan pelanggaran serius dari saling percaya sebagai senjata. Juga kalau saya sangat marah, saya tetap mengingat hal itu. Menggunakan wilayah yang peka sebagai titik penyerangan merupakan cara ampuh untuk merusak suatu perkawinan atau hubungan orangtua anak.

6. Menjalin Pengertian
Keluarga yang kokoh mengemukakan keterampilan berkomunikasi jika timbul konflik. Mereka mengecek agar pasti mengerti apa yang dikatakan suami/isteri atau anak; mereka secara aktif mendengarkan perasaan atau pun kata-kata. Anda sering mendengarkan? Keterampilan berkomunikasi itu telah ditemukan di awal bab ini. Mari kita lihat bagaimana bekerjanya jika timbul konflik.
Seorang suami menggambarkan pertengkaran yang tidak terjadi karena ia dan isterinya mengecek pengertian masing-masing.
Saya berniat mengirim uang kepada orangtua saya untuk menolong mereka dari kesulitan. Mereka telah pensiun dan mempunyai beberapa pengeluaran besar. Ayah harus dioperasi dan angin kencang merobohkan pohon di atas rumah. Saya telah menyiapkan ceknya untuk dikirim ketika Cindy menyatakan kebenarannya.
Saya dapat merasakan suhu bdang meningkat namun tetap bertanya? "Mengapa kamu tidak setuju saya mengirim ini? Ia menjawab: Saya tidak melarang kamu mengirimkannya, tetapi saya ingin kamu menunggu kira-kira tiga hari sampai cek gaji dapat dideposit untuk menutupinya."
Dengan mawas diri agar mengerti apa yang dimaksud, kami menghindari pertengkaran yang hebat. Jika saya langsung memarahinya karena ikut campur, menuduhnya kikir, membenci orangtua saya, dan lain sebagainya, bukan main energi yang dihamburkan.
Bagian dari pengembangan pemahaman melibatkan kepekaan terhadap perasaan. Seorang wanita merangkumkannya secara mendasar ketika ia mengatakan, "Perasaan itu nyata tetapi tidak selalu untuk akal/logis." Ia melanjutkan:
Anak perempuan saya mengeluh bahwa kami terlalu keras terhadapnya. Ia mengatakan merasa terkurung dan tidak dipercaya. Waktu kami melihat situasinya, ternyatan peraturan kami tidak terlalu keras dan tidak ada bukti atas ketidakpercayaan itu. Ia mengiyakan tetapi merasa terkurung.
Waktu memikirkan lebih lanjut ternyata ia ingin sekali ikut dalam aktivitas seperti menyetir mobil. Ia tidak sabar menunggu sampai dewasa.
Saya menyadari bahwa yang terbaik dalam situasi demikian adalah mengakui perasaannya. "Ya, saya mengerti kamu merasa dibatasi. Mungkin itu yang menyebabkan kamu merasa demikian tetapi saya rasa perasaan itu akan berlalu. Kami dapat melakukan ini atau itu untuk menolong."
Darah Kehidupan
Sementara keluarga kokoh juga mengalami konflik, mereka tahu bagaimana menyelesaikannya secara efektif, dan konflik itu menjadi kesempatan untuk tumbuh. Karena keluarga kokoh mengembangkan kebiasaan berkomunikasi secara positif, pertentangan mereka menjadi sesi penyelesaian masalah ketimbang pertengkaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.