Kamis, 06 Agustus 2015

Renungan 26 Juli 2015

Berbagi Komunikasi Positif
Sambungan 19 Juli 2015
DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam

Seorang suami di New Mexico menceritakan tentang komunikasi tidak langsung:
Keluarga isteri saya memakai banyak sekali komunikasi tidak langsung, dan mereka saling mengerti. Sementara keluarga saya selalu berkomunikasi secara langsung, jadi dapat dimengerti kesalahpahaman antara Sue dan saya untuk memahami permasalahannya. Sue mengatakan: "Apakah ada film bagus di kota?" Sebenarnya yang dimaksudnya adalah "Saya ingin nonton film." Saya akan menjawab pertanyaannya dengan menyebutkan film yang sedang diputar. Saya merasa heran ketika ia kemudian marah dan ngambek. Kemudian kami mencoba mencari jalan keluarnya. Sekarang ia berusaha mengatakan: "Saya ingin." ketimbang memberi isyarat lebih baik mengecek ulang untuk memastikan bahwa itulah yang dimaksudnya.
Di sisi lain para pembaca pikiran, mengira tahu apa yang dipikirkan pihak lain, tetapi tidak berusaha mengecek ulang.

James dan Debbie membicarakan mengenai mengatasi kebiasaan itu: "Contoh paling jelas adalah masalah tentang mengunjungi orangtua saya" kata James. "Debbie tidak banyak kesempatan mengenal mereka sebelum kami kawin, jadi saya menganggap bahwa ia tidak mau mengunjungi mereka. Pada waktu-waktu tertentu saya terbang ke Arizona untuk mengunjungi mereka, tetapi tidak memintanya menemani saya."
"Sementara itu." sergah Debbie. "saya berkesimpulan bahwa James mempunyai alasan yang tidak saya ketahui untuk tidak mengajak saya ikut. Pada mulanya saya kira ia malu membawa saya. Kemudian saya pikir bahwa ia mempunyai pacar lama di sana. Saya memikirkannya kalau ia pergi mengapa tidak pernah menawarkan kepada saya untuk ikut."
James melanjutkan, "Anggapan bodoh saya adalah bahwa dengan tidak mengajaknya merupakan bukti tidak ada perhatian di pihaknya. Akhirnya orangtua saya datang untuk upacara wisuda saya. Mereka begitu senang dengan Debbie dan mengatakan, "Kamu harus datang mengunjungi kami bersama James." Itu membuat Debbie dan saya menyadari betapa bodohnya anggapan kami selama  ini."
4. Selami Dunia Orang lain
Kita masing-masing hidup dalam dunia kita sendiri yang unik. Tidak seorangpun melihat hidup ini sama seperti Anda. Cara Anda melihat suatu keadaan tertentu tergantung pada pengalaman yang anda miliki, nilai-nilai yang anda yakini dan karakterisik dari pribadi Anda. Ini berarti bahwa jika dua orang berbeda pendapat mengenai satu hal, tidak selalu ini disebabkan yang satu benar dan yang lain salah. Lebih banyak itu disebabkan kenyataan bahwa kedua orang itu datang dari dua dunia berbeda dengan perspektif yang berbeda.
Orang yang bisa berkomunikasi seperti halnya anggota keluarga yang kokoh mempunyai kemampuan menyelami dunia orang lain dan melihat sesuatu dari sudut pandang orang tersebut. Ahli sosiologi menamakannya empati. Liz seorang anggota keluarga kokoh dari Tennessee menerangkan:

Di tahun-tahun awal perkawinan kami, kesulitan keuangan memaksa kami pindah ke dekat mertua saya. Kami tidak tinggal bersama, tetapi memarkir rumah kami yang bisa dipindah-pindahkan (mobile home) di peternakan mereka. Saya cepat belajar banyak mengenai mertua saya, tetapi yang lebih penting saya belajar banyak tentang mereka.
Berikut ada beberapa contoh. Saya terganggu dengan apa yang saya lihat merupakan kebiasaan Hank berargumentasi terutama jika saya berusaha mendiskusikan sesuatu pada waktu malam. Di rumah saya, waktu makan adalah waktu saling menceritakan gagasan atau kejadian hari itu. Tetapi nampaknya Hank dan saya selalu berakhir dengan saling tidak setuju jika kami makan. Saya mulai khawatir bahwa kami tidak cocok. Kemudian saya melihat setelah beberapa bulan bahwa ia dan keluarganya senang terlibat dalam pembicaraan menarik dan sering terjadi salah satu di antara mereka menjadi pengkritik utama, hanya untuk sekedar membuat perdebatan itu lebih hidup.
Mereka tidak menjadi emosional, tidak ada yang marah atau tersinggung. Hal itu membuka mata saya bahwa sebenarnya itu bukan sebuah argumentasi yang sengit melainkan sekedar berdebat saja.

Kesalahpahaman yang lain juga terselesaikan ketika saya melihat cara ibu Hank mengatur rumah. Hank dan saya bertengkar mengenai pengaturan rumah. Saya mengomel karena rumah kami tidak rapi sedangkan ia mengatakan bahwa rumahnya terasa menyenangkan. Jika saya membersihkan sesuai dengan keinginan saya, ia merasa rumahnya terlalu steril. Suatu hari saya menyadari bahwa keluarga Hank lebih santai dengan keadaan rumah. Mereka cukup bersih dan jangan salah sangka, tetapi mereka senang mudah meraih buku atau majalah. Pekerjaan jahit-menjahit ibunya selalu terletak di atas meja atau tergeletak di ruang keluarga. Dan ada perbedaan selera dalam mendekorasi. Saya lebih senang desain yang sederhana dan rapi, warna netral, dengan sedikit pernak-pernik. Hank dibesarkan di rumah berkertas dinding dengan desain meriah, kursi berukiran, dan lebih banyak lagi pernak-pernik. Kami berkompromi mengenai itu. Dan kompromi itu menjadi lebih mudah dengan memahami sudut pandang yang lain.


5. Biarlah Para Monster Untuk Film Larut Malam
Masih ingatkah Anda sewaktu masih kecil dan bermain monster-monsteran dengan teman anda? Seorang akan berteriak, "Ini dia monster hijau" Semua berteriak dan lari tunggang langgang. Permainan monster menakutkan namun menyenangkan.
Orang dewasa juga bermain "ini dia monster hijau", tetapi versi dewasa tidak menyenangkan melainkan menimbulkan kekhawatiran, merusak komunikasi yang baik, dan menghancurkan hubungan.
Keluaraga yang kokoh telah belajar mengunci monster komunikasi dalam gudang: mengkritik, dan bersikap arogan. Komentar mereka memberikan beberapa wawasan:

Orangtua mengisi banyak waktu mengatur anak-anak mereka, menunjuk apa yang salah, dan mengatakan apa yang harus diperbaiki. Ini mencapai suatu titik di mana anak-anak merasa tidak mampu menyenangkan orangtuanya bahwa mereka tidak baik. Kami berusaha menunjukkan apa yang harus dilakukan ank dengan baik setiap saat.
Seorang bibi saya mengunjungi kami kira-kira sekali setahun. Ia orang yang baik dan mempunyai banyak sifat yang baik. Tetapi saya selalu merasa seolah-olah diukur. Ia tidak mengkritik secara terbuka, tetapi saya dapat mengatakan bahwa ia membandingkan pekerjaan saya, pengaturan rumah tangga, anak-anak, dan hidup saya dengan orang lain. Saya kira ia tidak menyadari betapa ia mengancam harga diri saya. Saya senang kami tidak demikian dalam perkawinan atau dengan anak-anak. Saya tidak ingin suami atau anak-anak mempunyai perasaan tentang saya seperti saya mempunyai perasaan tentang bibi.

Saya senang membual sedikit mengenai isteri saya; ia memiliki pendekatan dan cara yang baik sekali. Saya tidak menemui banyak orang secerdas dirinya.
Ia seorang dokter dihargai di masyarakat dan baginya mudah merasa diri sedikit atau banyak di atas orang lain, tetapi itu tidak dilakukannya. Saya yakin banyak orang bertanya-tanya bagaimana hidup bersamanya. Saya mengatakan bahwa ia tidak pernah membuat saya merasa harus mempertahankan diri atau inferior. Saya selalu merasa bahwa ia menghargai saya secara tulus.

Dalam bukunya Love Busters, Dr. Willard Harley menunjuk pada "monster" yang mengkritik, menilai dan bertingkah lebih superior sebagai: "penilaian yang kurang menghargai." Pengalamannya mengepalai dua puluh tiga klinik kesehatan mental membuktikan penelitian di balik buku ini. Apabila penilaian yang bersifat kurang menghargai terjaid, hubungan akan terganggu atau rusak. Keluarga yang kokoh membuang "love busters" demikian dan tidak membolehkannya merusak apa yang telah berhasil dicapai di dalam rumah mereka.
Ayat berikut mengatakannya dengan indah: "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarkannya, beroleh kasih karunia."

.....bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.