Jumat, 07 Agustus 2015

Renungan 2 Agustus 2015

Berbagi Komunikasi Positif
DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam
Sambungan 26 Juli 2015

6. Pertahankan Kejujuran
Pola komunikasi dalam keluarga yang kokoh mempunyai sifat kejujuran dan keterbukaan. Orang mengatakan apa yang mereka maksudkan dan menerapkannya.
Itu tidak mengherankan karena itulah yang diperintahkan Allah tentang apa yang harus kita lakukan "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota."
Tetapi kejujuran adalah lebih dari sekedar tidak berbohong; artinya tidak ada manipulasi. Keluarga kokoh sangat menentang dalam hal manipulasi atau dimanipulasi.
Itu yang membuat saya marah melihat satu pasangan dalam pesta di mana diketahui mereka sedang berselisih dan ia berargumentasi tentang masalah itu lalu mengakhiri dengan "benar bukan, sayang?" Apa yang bisa dikatakan pasangan? Itu yang menyebabkan saya tidak senang. Puji Tuhan suami dan saya tidak pernah melakukannya.
Kami mengetahui kebiasaan jelek anak kami di musim panas ini. Ia membesar-besarkan kelemahannya (tidak ada kata lain) agar orang lain melakukan sesuatu baginya. Saya kira awalnya terjadi waktu pergelangan kakinya patah dan ia merasakan betapa enaknya dilayani. Kemudian kami melihat "matematikanya kurang bagus", sehingga kakaknya  harus menolong membuat soal-soalnya. Atau "pergelangan kakinya terlalu sakit" untuk membantu pekerjaan di rumah. Atau ia "sakit kepala" sehingga tidak dapat pergi bersama kami. Kami berhasil memperbaiki taktik perbuatannya dengan menolak melakukan sesuatu yang dapat dilakukannya sendiri.

Suami saya biasanya menggertak orang untuk mencapai tujuannya. Ia berteriak pada karyawan bagian pemasaran atau pergi meninggalkan saya. Di awal hubungan kami, saya  tahu bahwa ia sebenarnya tidak jahat; ia sering menggonggong tetapi tidak menggigit. Setelah beberapa waktu saya lelah dengan caranya itu. Seorang konselor menolong kami mengidentifikasi masalah dan memperbaikinya.

Anggota keluarga kokoh tidak mengambil jalan menggertak, memperdaya, menyalahkan, mendominasi atau menguasai. Mereka tidak memanfaatkan ketergantungan; mereka tidak diam, menjadi martir yang menderita sehingga menimbulkan rasa bersalah. Semua cara memanipulasi orang lain menuju pada ketidakjujuran dan kepicikan dalam hubungan.
Tetapi orang lain memakai "kejujuran" sebagai alasan untuk bertindak sangat tidak ramah. Keluarga yang kokoh mempertahankan keseimbangan  antara kejujuran dan keramahan. Mereka tidak membiarkan Sis pergi dengan baju dan tata rambut yang kelihatannya aneh hanya karena tidak mau menyakiti hatinya. Sebaliknya, mereka tidak akan memanfaatkan satu kesalahan dalam penilaiannya sebagai alasan menolak perasaanya, pengaturan waktu, kebersihan, dan kebiasaan belajarnya.
Prinsip pokok adalah gagasan bahwa setiap ketidaksetujuan, setiap pemikiran, setiap aspek dari hubungan manusia dapat diekspresikan dengan cara positif, tidak menilai dan tidak menyakiti. Tuhan mengatakan: "Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala."
Juga pertentangan mengenai bagaimana pasta gigi harus dipencet dapat diselesaikan dengan penuh lemah lembut.
Fred misalnya, dipusingkan anak perempuan remajanya yang tidak mengikuti "cara yang benar" memencet pasta gigi. "Dari ujung bawah tentunya, ia katakan sambil tertawa. Tetapi daripada membuat persoalan besar dan memicu kemarahan, ia membuatnya semacam permainan bersama anaknya. Ia mengambil pasta giginya dan meninggalkan secarik kertas di lemari obat:
Putri remajaku tersayang :
Pasta gigi yang diawasi tartar diculik dan ditahan dengan uang tebusan. Ia akan dikembalikan jika anak-anak saya, Ellen dan Andrea, berjanji memperlakukannya dengan baik dan lemah lembut dan tidak memencetnya melalui bagian atas yang saya benci dan menjadikannya belepotan.
Tertanda, 
The Silverback
Tanda tangan The Silverback mengacu pada nama panggilan Fred. Sebagai pria paruh baya, ia berambut lebat di punggungnya sehingga anak-anak memanggilnya "Silverback" mengacu pada gorila jantan yang berkuasa dalam film Gorillas in the Mist. "Kami mempunyai lelucon mengenai rambut saya itu. Anak perempuan saya ingin membelikan lilin pengelupas rambut tumbuh sebagai hadiah Natal.
Pokoknya Fred berhasil menyampaikan maksud tentang pasta gigi melalui kelakar dan humor. Apakah cara itu berhasil? "Tidak sepenuhnya. Tetapi saya punya rencana baru yang akan saya terapkan sekarang."
Komentar seorang suami di Georgia menggambarkan perlunya memberi kebaikan maupun menerimanya:
Saya bergantung dari keluarga untuk memperoleh dukungan dan pengertian. Sungguh hebat kita bisa melempar frustasi dan kemarahan pada telinga mereka yang mau mendengarkan di rumah. Saya juga sadar tidak dapat hanya menjadi pembuang sampah; kadang-kadang saya juga harus menjadi telinga yang mau mendengarkan dengan baik pula.

Kebaikan adalah lebih dari sekedar menyimpan kata-kata keras dan menyakitkan. Kadang-kadang ia harus memenuhi keperluan keluarga sebelum Anda dapat berharap mereka membantu Anda dengan masalah Anda.
Dan itu berarti memakai kata-kata penuh pertimbangan seperti kata seorang ibu dari Ohio:
Kami mempraktekkan sopan santun juga di rumah. "Tolong" dan "terima kasih" sama pentingnya di rumah, di sekolah atau pekerjaan. Jika salah satu dari kami terlambat, ia akan memberitahu kami. Sebab ini merupakan etika yang lazim. Adalah suatu kebodohan untuk tidak penuh perhatian dan ramah pada keluarga seperti pada orang lain.

4. Jika Timbul Konflik
Sudah tentu apabila kita berbicara tentang keluarga yang kokoh, orang akan bertanya apakah mereka pernah bertengkar? Pasti pernah. Dan ada alasan yang kuat mengapa hal itu terjadi. Jake, seorang penjahit yang telah pensiun dengan segudang pengalaman, mengatakan demikian; Jika Anda tidak sayang dengan seseorang, Anda tidak akan marah!" Misalnya, seorang isteri memarahi suaminya karena mengemudi terlalu kencang karena ia tidak ingin suaminya mengalami kecelakaan.
Alasan lain terjadinya pertengkaran dalam keluarga yang kokoh sudah dikemukakan; Mereka adalah orang nyata di dunia yang nyata pula. Mereka bersilang pendapat; mereka membuat kesalahan; mereka juga merasa lelah dan stres; timbulnya masalah. Sekali lagi, bukan tidak adanya konflik yang membedakan keluarga yang kokoh melainkan cara mereka mengatasinya; Apabila timbul konflik, mereka sangat kreatif dan saling peduli.
Para peneliti yang mengkhususkan diri dalam menganalisa seluk beluk komunikasi keluarga, ingin melihat keluarga dalam lingkungan sehari-hari di ruang keluarga, di dapur, di meja makan dan mengidentifikasi empat cara, bagaimana suatu keluarga menyelesaikan konfliknya.

I. Saya Menang, Anda Kalah Atau Anda Kalah, Saya Menang
Dengan metoda "menyelesaikan konflik" ini, seseorang dalam keluarg menjadi pemimpin yang menguasai dan yang memenangkan perdebatan. Pada dasarnya ini adalah  pendekatan "karena-saya -lebih-besar-daripada-kamu" atau "karena-saya-ibumu". Kebanyakan ahli terapi keluarga melihatnya secara umum sebagai suatu kesalahan. Sementara setiap keluarga di muka bumi ini mungkin kadang-kadang menerima cara yang lain. Misalnya adalah bahwa hampir semua orang tidak menyukai atasannya. Mereka mungkin menghargai atasannya yang bisa diterjemahkan sebagai "rasa takut", namun umumnya mereka tidak menyukai atasannya. Anggota keluarga dalam situasi demikian cenderung mengadakan perang gerilya menghadapi orang yang ingin menguasai mereka. Mereka bergerak di bawah tanah dan ahli menggunakan bermacam-macam dalih: Berbohong, menipu, mengabaikan, menggerogoti. Mereka mungkin tidak sepenuhnya menikmati manipulasinya, namun menganggapnya perlu melakukannya apabila diperlakukan secara tidak adil.
Sudah tentu kendati agama mengajarkan kita untuk menghargai pimpinan. Tuhan menjelaskan bahwa pemimpin yang baik adalah ia yang juga seorang pelayan. Karena orangtua adalah pemimpin, ajaran Tuhan berlaku di sini. Ia berkata,
Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa yang ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Tuhan juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.
Cara "Saya menang, Anda kalah atau Anda menang, saya kalah" dalam mengatasi konflik bukanlah cara terbaik.

2. Satu Orang Mengundurkan Diri
Menarik diri adalah cara biasa dan bermasalah dalam menyelesaikan konflik keluarga. Seseorang mundur dengan mengatakan "Saya keluar. Saya tidak mau ikut dalam permainan ini lagi." Kadang-kadang orang memakai cara diam, menolak berbicara dengan pihak lain. Seorang terapis keluarga menggambarkan sebuah keluarga yang ditanganinya: "isterinya begitu marah sampai ia menolak berbicara dengan suaminya untuk waktu yang lama."
Berapa waktu yang lama itu? Anda mungkin bertanya.
"Lebih dari dua tahun. Ketegangan dalam keluarga tidak tertahankan lagi sehingga akhirnya mereka datang untuk terapi.
Itu sungguh mengherankan. Hal itu mungkin rekor untuk sikap menutup mulut/berdiam diri. Mungkin buku Guiness mencatat waktu yang lebih lama, tetapi apapun skornya, perlakuan diam tidak direkomendasikan oleh setiap terapis atau peneliti keluarga. Hal itu cenderung memperparah keadaan dalam keluarga.
Sekaligus juga mengabaikan perintah Tuhan untuk menyelesaikan konflik kemarahan yang dirasakan pada hari itu juga, "sebelum matahari terbenam."

3. Menjauh
Cara pendekatan ini pada dasarnya mengatakan bahwa para pihak setuju. Mereka tidak dapat mencapai konsensus dan tidak melihat ada kompromi. Idealnya manusia dapat berhubungan dengan baik, tetapi kita hidup dalam dunia yang kurang ideal. Keluarga yang kokoh terdiri dari anggota yang kokoh, ibu yang kokoh, ayah yang kokoh, dan anak-anak yang kokoh. Pasangan percaya pentingnya masing-masing merasa bebas menentukan keyakinannya dan orangtua percaya pentingnya anak-anak mereka mempunyai pendirian, dan memiliki keberanian mempertahankan opininya bilamana perlu. Oleh karena itu kemungkinan ada beberapa masalah yang tidak mudah diselesaikan. Konsensus kelompok tidak akan tercapai. Ini tidak perlu merupakan tanda adanya masalah dalam keluarga; melainkan dapat ditafsirkan sebagai kekuatan keluarga. Dan dapat dilihat sebagai ungkapan penghargaan/respek terhadap kebebasan individu.
Jangan salah menafsirkanapa yang baru saja dikatakan. Orangtua harus mempunyai kekuasaan atas anak-anaknya jika ingin melakukan tugasnya sebagai orangtua yang baik, penuh cinta kasih dan handal. Orangtua mengetahui lebih banyak tentang hidup ini daripada seorang anak dan harus menerapkan kekuasaannya.
Memang mudah menarik diri dari kedua sisi ekstrem permasalahan ini. Kadang-kadang orangtua begitu banyak menarik diri dari anak sehingga sama sekali tidak berhasil menguasai mereka. Dalam kasus ekstrem hal ini berkembang menjadi pengabaian terhadap anak. Di sisi lain, beberapa orangtua begitu mengontrol dan menguasai, begitu haus kekuasaan sehingga membuat hidup tidak menyenangkan bagi si anak bahkan hampir mencekiknya. Perilaku mengontrol ini dapat berkembang menjadi perlakuan kejam jika dilakukan secara ekstrem. Jawabannya terletak kira-kira di tengah; orangtua harus mempertimbangkan dengan penuh perhatian perasaan dan keprihatinan si anak tetapi juga harus mempunyai keberanian dan kekuatan untuk mengambil keputusan terakhir.

4. Kompromi Atau Konsensus
Pendekatan klasik dan positif untuk menyelesaikan konflik yang dianjurkan sebagian besar pakar adalah bahwa orang belajar bagaimana memecahkan perbedaan dalam konflik atau bekerja bersama untuk mencapai persatuan yang wajar yang bermanfaat bagi keduanya. Ini adalah pendekatan yang ideal dan keluarga yang kokoh secara teratur melakukannya.
... bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.