Kamis, 28 Mei 2015

Renungan 17 Mei 2015

Komitmen Terhadap Keluarga Anda

Sambungan 3 Mei 2015
DR. Nick & Nanci Stinnett; Joe & Alice Beam

4. Mengakhiri Perpecahan
Pada waktu perpecahan menjadi masalah, setiap anggota keluarga menunjukkan komitmen individualnya dengan mengurangi aktivitas di luar sehingga keluarga diprioritaskan. Andy dan Patricia memberikan contoh lain bagaimana sebuah keluarga kokoh dapat bertahan. Mereka pasangan muda yang penuh dengan ketegangan: pekerjaan, hipotek, pembayaran mobil, mertua - semuanya bercampur-baur. Mereka demikian tegang, karena masalah di luar sehingga tidak tersisa waktu untuk cinta. Ada waktu untuk memperbaiki versneling, waktu untuk pertemuan sosial agama, tetapi tidak ada waktu untuk cinta.
Jadi mereka duduk bersama dengan kalender di tangan dan merencanakan waktu mereka selama enam bulan ke depan. Berikut adalah aturannya :
  • Satu pertemuan seminggu (tidak lebih)
  • Tidak lebih dari empat puluh jam seminggu bekerja
  • Tidak ada pekerjaan yang dibawa pulang
  • Sekali seminggu pacaran selama empat jam (Ya pacarang, seperti di sekolah menengah)
  • Sekali sehari benar-benar bercakap-cakap - bukan sekali seminggu seperti yang dilakukan banyak orang melainkan setiap hari
  • Pada akhir enam bulang, tentukan rencan untuk enam bulan berikutnya.
5. Kadang-kadang Prioritas berarti Pengorbanan.
Atlet menghilangkan kebiasaan makan makanan pencuci mulut, rokok, kopi dan bepergian malam untuk mencapai kondisi fisik terbaik. Para musisi dan artis mendisplinkan diri dengan menginvestasikan waktu yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilannya dan mereka harus mengorbankan hal-hal lain untuk melakukan semua itu.
Keluarga kokoh yang mengatakan ingin mengurangi aktivitas, keterlibatan dalam kegiatan masyarakat, atau tuntutan pekerjaan untuk meningkatkan hidup berkeluarga menyadari bahwa tidak cukup untuk memberikan sisa waktu untuk keluarga. Sisa waktu tidak cukup untuk memproduksi musisi dan artis yang berhasil. Apalagi mengharapkan hal ini untuk memproduksi keluarga yang berhasil?
Biasanya kita berpikir mengenai pengorbanan seperti meninggalkan sesuatu yang benar-benar penting. Namun itu tidak selalu demikian. Kadang-kadang kita menemukan, seperti diuraikan keluarga yang kokoh, bahwa kita sama sekali tidak kehilangan apa yang ditinggalkan untuk membuat investasi yang lebih besar dalam keluarga.
Seorang yang diwawancarai di Denver misalnya, keluar dari pekerjaan barunya demi keluarganya. Beberapa bulan sebelumnya ia meninggalkan karir mengajar untuk menjadi asisten administrasi keuangan di hotel.
Pekerjaan barunya itu ternyata serba cepat dan menyita segala sesuatu. Memang uangnya banyak, bergengsi dan juga banyak pertemuan malam, perjalanan panjang dan jam kerja ekstra. 

Atasannya mengatakan bahwa jika saya bekerja keras seperti ini selama lima tahun, saya akan menjadi jutawan. Mungkin itu benar, tetapi dalam beberapa bulan saja, saya berkesimpulan kemungkinan saya akan bercerai atau mati. Saya tidak senang dengan apa yang saya lakukan. Jam-jam panjang yang melelahkan dan saya kehilangan keluarga.
Atasan saya benar-benar bahagia melihat isteri dan anak-anaknya antara pukul 18.00-22.00 malam tiga kali seminggu. Ia merasa itu sudah cukup bagi seorang suami..
Saya akan kembali ke bidang pendidikan. Saya kira banyak orang berpendapat saya bodoh meninggalkan uang dan kekuasaan demi memilih keluarga saya. Tetapi saya melihatnya bahwa saya lebih banyak memberikan dengan mengorbankan keluarga saya. Saya tidak menyesali keputusan saya itu.

Inti dari pengorbanan adalah kemampuan menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri - sikap yang tidak mementingkan diri. Tidak mementingkan diri sendiri jelas disebutkan dalam berbagai keluarga yang kokoh.
Kadang-kadang pengorbanan harus dibuat. Satu saat saya harus mengorbankan sesuatu demi kepentingan isteri atau anak. Pada kesempatan lain merekalah yang mengorbankan sesuatu untuk saya. Tidak ada yang merasa menjadi martir karena itulah proses memberi dan menerima.
Saya merasa geli dan senang mendengar percakapan anak-anak saya di kebun binatang kemarin. Kebun binatang merekam pesan-pesan berisi keterangan di setiap kandang  yang dapat diputar dengan kunci khusus. Anak-anak saya segera tertarik untuk memiliki kunci itu. Mereka senang mendengar rekaman. Akan tetapi, sewaktu kami menuju pintu keluar, timbul pertanyaan mengenai siapa yang menyimpan kunci. Masing-masing mengatakan, "saya". Kemudian Dan yang berumur sepuluh tahun mengatakan, "Kamu dapat menyimpannya dalam kamarmu". Dan Chris, delapan tahun menjawab, "Tidak, kamu yang menyimpan, kami dapat berbagi". Jelas bahwa walaupun setiap anak ingin memiliki kuncinya, tidak satu pun diantara mereka ingin menyinggung perasaan kakaknya. Keinginan berbuat baik satu dengan lain lebih besar ketimbang keinginan memuaskan diri sendiri.

4. Komitmen Untuk Jujur.
Kejujuran adalah ukuran penting dari komitmen dalam keluarga. Jika orang menyebutkan tentang kekuatan keluarganya, sungguh mengagumkan mendengar betapa seringnya kejujuran muncul dalam pembicaraan. Anggota keluarga dapat mengharapkan integritas masing-masing untuk selamanya. Seperti firman Tuhan, anggota keluarga yang kokoh hidup dengan prinsip "berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota."
Kita sekarang berbicara mengenai apa yang dikatakan dengan kejujuran yang berbatasan dengan kekerasan secara verbal; kita juga tidak mengurangi pentingnya kebijaksanaan, kemampuan menguntungkan. Seperti firman Tuhan, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." Kami hanya mengatakan bahwa orang-orang dalam satu keluarga (dan dimanapun juga) harus bisa mengandalkan apa yang dikatakan masing-masing.
Dalam sebuah seminar tentang memperkaya perkawinan, seorang suami menceritakan tentang kejujuran isterinya :

Ia benar-benar seperti batu karang dalam hal itu. Saya dapat mengandalkannya untuk mengatakan apa yang dipikirkannya. Untunglah sifatnya sama baiknya seperti penampilan luarnya. Ia berhasil memendam kebencian. Saya mencintainya karena itu dan saya berusaha menjadi sebaik dirinya kendati masing-masing saya belum berhasil. Dia benar-benar hebat.

5. Komitmen Pada Tradisi Keluarga
Tradisi dalam keluarga dilukiskan sebagai "kami selalu" dalam kehidupan keluarga: Kami selalu minum cider pada waktu Halloween. Kami selalu berangkulan sebelum tidur, Kami selalu...
Tradisi keluarga mempunyai peran penting sebagai perekat keluarga. Ingat satu tradisi keluarga Yahudi. Tiap tahun pada "Perayaan Roti tidak Beragi" (Passover), anak laki tertua harus bertanya: "Apa artinya ini", sebelum mulai makan. Ayah akan menjawab dengan kisah tentang pelepasan orang Yahudi dari penindasan Mesir. Tradisi keluarga yang indah itu tidak hanya tetap memfokuskan ikatan keutusan keluarga pada warisan agama, melainkan mereka mengikat juga dengan peringatan makan bersama setiap tahun.


..... bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.