Senin, 29 Desember 2014

Renungan 28 Desember 2014

Apa Yang Membuat Sebuah Keluarga Kokoh, Sehat dan Bahagia
DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam

Jika hal seperti ini menimpa anda, maka anda tidak pernah menjadi orang yang sama lagi. Ed memulai kisahnya dengan tenang, tetapi di matanya terlihat bahwa ia mengalami kembali beberapa ketakutan luar biasa yang diingatnya tatkala hidupnya berubah. "Mengherankan, bukan? Dalam sekejap, hal-hal yang biasanya penting tidak lagi demikian dan apa yang hanya beberapa jam sebelumnya menduduki tempat kedua tiba-tiba menjadi satu-satunya penyebab anda ingin hidup."

Kami berada kira-kira tiga puluh ribu kaki atau lebih dalam penerbangan ke Chicago. Walaupun berada dalam posisi demikian, masalah saya tidak menolong. Saya bermasalah-masalah besar dan saya harus menghadapinya kalau mendarat di Chicago nanti. Presiden perusahaan kami memanggil saya, dan saya dapat membayangkan bagaimana pertemuan itu akan berjalan. Keadaan bisnis tidak berjalan baik - khususnya di wilayah negara bagian saya. Kebanyakan masalah berkaitan dengan ekonomi - yang berarti di luar kemampuan saya - tetapi saya adalah kepala di negara bagian itu dan itu membuat saya harus bertanggung jawab. Walaupun saya percaya bahwa banyak kesulitan yang kami hadapi bersifat sementara, namun saya tidak merasa pasti dapat meyakinkan atasan saya.
Ia bergeser dengan tidak nyaman, merasa cemas karena tidak dipahami. Sembari terbang, apa yang saya pikirkan hanyalah bahwa saya dapat dipecat, keesokan harinya - tidak mempunyai pekerjaan pada usia setengah baya. Selama bertahun-tahun pekerjaan sangat penting bagi saya, sehingga saya mengorbankan banyak hal untuk maju dan sukses dalam bisnis. Saya malu mengatakan, tetapi saya telah mengabaikan isteri dan anak-anak hanya menapaki tangga kesuksesan di perusahaan. Dan di sanalah saya berada, terbang ke pertemuan di mana tangga jenjang karir taruhan hidup saya mungkin akan diambil dari bawah saya. Ketakutan itu adalah seluruh fokus hidup saya pada waktu itu.
"Sesaat kemudian, semuanya berubah".
Tiba-tiba pesawat mulai bergoyang dan bergerak naik turun, dan kemudian jatuh seperti batu. Seorang pramugari yang melewati saya naik ke atas, melemparkan tangan ke atas kepalanya agar tidak mengenai atap. Peristiwa ini hanya berlalu satu atau dua detik, tetapi rasanya seperti seabad, sebelum pesawatnya bergetar seolah-olah menabrak tembok dan kemudian, terbang kembali, bergerak naik turun dan berayun tak menentu.
Hampir menyerupai episode Twilight Zone. Belum lima menit berlalu kami terbang dalam sinar buruk. Halilintar mengitari kami dan guntur menderu memekakkan telinga, sementara pramugari berlari-lari di lorong untuk melihat apakah ada yang terluka. Mereka belum jauh sewaktu seorang perempuan berteriak bahwa salah satu mesin terbakar.
Saya belum pernah begitu takut. Pikiran panik tak terkendali melintas di benak saya - seperti , "Kita akan jatuh! Saya akan mati malam ini! Siapa yang akan mengurusi isteri dan anak-anak saya?" Saya pegang erat-erat kursi dan berdoa dengan sepenuh hati seperti yang belum pernah saya lakukan sebelumnya agar saya dapat hidup, melihat anak gadis saya tumbuh dan memberikan keluarga saya kasih dan bantuan yang mereka perlukan."
Setelah itu Ed diam sejenak, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya untuk menenangkan diri kembali. Setelah beberapa detik ia meneruskan, "Pokoknya kami selamat, Kami membuat pendaratan darurat di Indianapolis, dan kami berhasi diturunkan tanpa ada yang terluka. Kira-kira lima puluh langkah dari pesawat, saya berlutut dan dari lubuk hati saya yang terdalam saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan di sorga karena kami telah diselamatkan.
Kami pertama-tama ke ruang khusus di lapangan terbang Indianapolis. Dan yang pertama-tama saya lakukan adalah menelpon isteri saya. Saya menceritakan apa yang terjadi dan berkali-kali menyakinkannya bahwa saya selamat. Kami berdua menangis di telepon. Saya tahu bahwa orang lain di ruang itu dapat melihat dan mendengar saya, tetapi saya tidak perduli. Walaupun saya tidak pernah memperlihatkannya selama ini, saya sangat mencintai isteri dan anak-anak saya, dan mendekati saat meninggalkan mereka sendiri menyentuh diri saya seperti hal-hal lain.
Tahukan anda apa yang sangat menyentuh malam itu pada waktu saya berusaha tidur? Ed bertanya, "Saya sadar bahwa waktu kami seakan-akan jatuh dan mati, saya sama sekali tidak memikirkan presiden perusahaan atau melihat kekuasaan saya atau apakah saya akan dipecat besok. Tidak ada satu pun yang penting. Saya seorang pebisnis - selama lebih dari dua puluh tahun - jadi saya mengatakannya dalam bahasa bisnis. Dalam pesawat rusak kira-kira di atas Indiana, saya belajar apa dasar dari hidup: Yaitu mereka yang saya cintai dan yang mencintai saya - keluarga saya"
Jika anda berada di dalam pesawat itu, apakah anda sampai pada kesimpulan yang sama seperti Ed?
Coba pikirkan sejenak. Jika anda menghadapi suatu keadaan - penyakit, jatuhnya pesawat, rumah terbaka - yang menimbulkan ketakutan akan mati, apa pikiran anda yang terakhir? Pekerjaan? Simpanan anda di Bank? Prestasi, popularitas, atau kemashyuran anda? Atau keluarga anda?
Pada waktu seorang kardiolog menyampaikan kepada Joe Beam beberapa tahun lalu bahwa nampaknya ia sedang menderita serangan jantung, Joe tiba-tiba mendapatkan dirinya terikat pada kereta dorong (gurney) sedang dibawa ke ruang operasi untuk segera menjalani katerisasi jantung. Sementara isterinya, Alice, berjalan di sampingnya memegang tangannya. Joe hanya dapat memikirkan dua hal : Satu, anak-anaknya, dan ia berdoaa agar Tuhan memberikan umur panjang agar dapat membantu Alice membesarkan mereka. Kemudian ia memikirkan isterinya, dan ia menarik Alice dan pelan-pelan mengatakan padanya, "Saya minta maaf atas segala yang telah saya lakukan dan yang telah melukai perasaanmu. Percayalah kalau saya katakan bahwa saya mencintaimu dengan seluruh hati saya."
Joe menemukan hal yang sama seperti Ed. Di samping hubungannya dengan Tuhan, dasar paling penting dalam hidup adalah keluarga.
Semoga anda tidak perlu melalui keadaan yang mencekam, dan mengancam hidup seperti yang dialami Ed dan Joe, tetapi anda dapat menemukan kenyataan tentang keluarga seperti yang akhirnya mereka temukan: Keluarga anda adalah tanggung jawab, prestasi dan warisan paling penting yang ditinggalkan jika pada akhirnya anda meninggalkan dunia ini. Keluarga anda lebih penting dari pekerjaan, pendapatan, standar hidup atau ambisi anda.
Tuhan mengatakan tentang seorang dan keluarganya." Jika seorang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk daripada orang yang tidak beriman."
Walaupun benar bahwa konteks langsung ayat ini adalah keperluan material sebuah keluarga, ini pasti bukan perluasan kata-kata yang berarti bahwa tiap kebutuhan jatuh di dalam parameternya - kebutuhan spiritual dan emosional serta juga kebutuhan fisik. Dan ayat ini tidak hanya mengenai peduli pada keluarga sebagai satu kesatuan, tetapi juga mengenai peduli terhadap setiap individu dari sebuah keluarga.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.