PERSEMBAHAN
Sambungan Minggu, 7 Desember 2014
Pdt. Prof. DR. S.J. Sutjiono
Ada orang memberi uang untuk pamer. Sikapnya sombong. Mencari pujian, supaya dianggap orang baik atau orang hebat. Sok aksi, seperti orang Farisi kalau mau memberi di persimpangan jalan, meniup terompet, setelah orang kumpul baru memberi. Luar biasa. Di hadapan Tuhan, tidak ada artinya. Firman Allah berkata: "Kalau memberi dengan tangan kanan, tangan kiri jangan mengetahuinya."
Ada orang memberi dengan duka hatinya, terpaksa dan tidak rela.
Ada orang yang memberi dengan suka cita, rela hati dan tulus. Inilah karunia memberi. Hidupnya senang memberi. Bukan saja apa yang ada diberikan, tapi segenap hidup dan tubuhnya menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan dengan Allah. (Rm. 12:1)
Pasti Tuhan akan memberkati Saudara dengan limpahnya, sebab Allah tidak pernah berhutang pada siapapun juga. Waktu Saudara memberi persembahan, Yesus ada di hadapan Saudara. Bagaimanakah hati Saudara waktu Saudara mempersembahkan uang Saudara?
Orang boleh sama-sama miskin. Hanya bedanya perempuan janda miskin ini mempunyai iman. Percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Dia yakin akan pemeliharaan Allah, sebagai Bapanya. Tuhan sudah memelihara janda di Sarfat yang hanya mempunyai segenggam tepung dan beberapa tetes minyak.
Nabi Elia telah diberi makan oleh burung gagak. Kata Tuhan Yesus : "Burung di udara dipelihara Bapa di sorga, tidak ada yang mati kelaparan. Bapa di sorga yang memelihara bunga bakung di padang, raja Salomo tidak dihiasi seindah bunga bakung". Singa muda boleh kelaparan, tapi orang yang mencari Tuhan, tidak akan kekurangan apapun juga.
Perempuan janda ini beriman kepada janji Firman Allah yang hidup.
Segenap hidupnya diserahkan pada Tuhan. Persembahan perempuan ini sebagai rasa syukur untuk berkat Tuhan dalam hidupnya. Dia berterima kasih dan bersyukur untuk hidup dan kehidupan yang dikaruniakan Tuhan padanya. Hidup lebih berarti dari uang dan harta.
Apalagi hidup yang kekal yang dikaruniakan kepada orang yang beriman kepada-Nya.
Belajar dari seorang janda yang miskin, iman berhati mulia.
III. Perkataan Tuhan Yesus
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya". (ay 43, 44).
Tuhan tidak menuntut lebih daripada apa yang ada pada kita. Tuhan bertanya kepada Musa: "Apa yang engkau miliki". Jawab Musa: "Tongkat". Tongkat Musa ini bisa menjadi ular. Bisa memukul batu gunung mengeluarkan air hidup yang jernih. Tongkat Musa yang menyentuh laut Tiberau, sehingga terbelah dua menjadi kering.
Dan banyak kisah tentang tongkat Musa ini. Yang penting bukan tongkat Musa, melainkan Allah yang bekerja dan iman Musa.
Perempuan janda ini hanya mempunyai dua peser.
Dia berikan untuk Tuhan dan orang miskin. Dia berikan, karena Tuhan. Dia percaya.
Kita teringat cerita seorang anak yang mempersembahkan lima ketul roti dan dua ekor ikan kepada Tuhan Yesus. Roti dan ikan yang sedikit ini menjadi berkat untuk beribu-ribu orang. Hati dan hidup yang dipersembahkan ini yang penting.
Tidak miskin kalau Tuhan Yesus berkata: "Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang... janda ini memberi... semua yang ada padanya ..."
Inilah kisah persembahan yang agung. Tuhan Yesus melihat, memperlihatkan dan memujinya. Memberi persembahan adalah pekerjaan yang baik dan mulia, bahkan diperkenan Tuhan, meskipun soal perpuluhan dan persembahan ini sering disalah fahami orang.
Perempuan janda ini mempunyai uang sedikit yang dipersembahkan sebagai tanda belas kasihan kepada orang lain. Tuhan Yesus menerima dan menghargainya. Dia menuntut kita daripada apa yang ada, bukan daripada apa yang tidak ada.
Berilah sesuai dengan kemampuan kita, dengan cara yang wajar dan benar.
Gereja-gereja di Makedonia yang menderita dan sangat miskin sudah memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan melalui Paulus. (2 Kor. 8:1-5).
Kita yakin Tuhan akan menyediakan berkat dengan cara yang ajaib dan mencukupkan segala kebutuhan kita.
Seandainya di saku Saudara ada uang hanya seratus rupiah. Lalu anak Saudara memintanya untuk membeli buku tulis, saya percaya Saudara akan memberikan uang tersebut semuanya untuk anak Saudara. Mengapa? Apakah Saudara mengasihi Tuhan dan percaya kepada-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.