Komitmen Terhadap Keluarga Anda
Sambungan 22 Maret 2015
DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam
Saya kira, bagi saya, alasan terlibat perselingkuhan itu ada hubungannya dengan ego dan hasrat yang tidak saya sadari sebelumnya. Memang sangat menyenangkan mengetahui bahwa seorang perempuan tertarik pada saya dan menginginkan saya. Sandy selalu membuat persiapan yang rumit untuk "pertemuan" kami - makanan khusus atau minuman anggur, diiringi musik romantis. Dan ia selalu penuh gairah.
Perselingkuhan kami berlangsung beberapa bulan dan kami mengira dapat merahasiakannya. Sebenarnya, orang-orang di kantor sudah mengetahuinya. Maksud saya, bagaimana tidak? Kami berdua menghilang pada waktu yang sama selama beberapa jam. Waktu saya sadar mereka mengetahuinya, saya menjadi panik dan cemas bahwa Anne mengetahuinya pula dari gosip yang menyebarluas.
Jadi saya mengakui padanya.
Sepertinya ia sudah menduga apa yang sedang terjadi, walaupun ia tidak mau percaya sampai saya mengaku. Ia mengenal saya lebih dari siapa pun juga.
Anda dapat bayangkan bagaimana akibatnya. Dia tidak menyetujui pikiran gila itu, dan sebetulnya saya pun tidak. Namun, itu merupakan suatu rasionalisasi yang baik. Anne mengatakan bahwa ia akan meninggalkan saya, tetapi saya menyakinkan dia untuk tetap tinggal dengan mengatakan bahwa saya akan segera mengakhiri asmara itu. Tetapi saya tidak berhenti dan tidak perlu waktu lama lagi Anne merasakannya. Segera setelah ia yakin bahwa saya terlibat kembali dengan Sandy, Anne menghubungi seorang pengacara.
Waktu akhirnya saya menyadari bahwa ia benar-benar akan menceraikan saya, hati saya hancur. Saya tidak dapat membayangkan kehilangan dia. Saya tidak mau melukai Anne, bagaimanapun tolol kedengarannya, dan saya tidak ingin hubungan kami rusak. Apa yang saya miliki dengan Sandy tidak mengimbangi semua itu.
Saya tidak bisa tidur memikirkan masak-masak permasalahannya. Keesokan harinya saya bertemu Sandy untuk makan malam dan menyampaikan bahwa semuanya telah berakhir. Tidak mudah meninggalkan apa yang saya lalui dengannya, tetapi saya merasa lega. Dalam diri saya merasa telah melakukan yang terbaik, saya juga berhenti memikirkan tentang Tuhan setelah saya kehilangan rasa takut bahwa Ia akan menghukum saya dan waktu saya meninggalkan Sandy malam itu, saya seperti merasa Tuhan tersenyum pada saya dan mengatakan, "Selamat pulang ke rumah, Lionel."
Saya tidak sabar menunggu untuk tiba di rumah dan menyakinkan Anne bahwa semuanya telah berlalu, bahwa saya akan melakukan apa saja asal ia dapat memaafkan saya dan tidak meninggalkan saya. Waktu saya masuk, rumah begitu sepi. Setiba di pintu kamar tidur, gambaran di depan saya ibarat mimpi yang mengerikan. Karena nyala terang televisi, saya bisa melihat Anne di tempat tidur, begitu cantik dan rapi. Di atas meja di samping tempat tidur tergeletak sebuah botol obat tidur kosong. Saya berlari mendekatinya dan terhenti sesampai di tempat tidur. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Ia hanya tergeletak dengan mata tertutup sambil bernafas panjang yang tidak teratur selama beberapa detik berselang di antaranya.
Saya tidak dapat mengatakan berapa lama waktu berlalu ketika bantuan tiba, tetapi rasanya lama sekali. Saya berlutut di sebelahnya, mengenggam tangannya, dan memohon pada Tuhan agar ia tidak mati karena apa yang telah saya lakukkan. Saya tidak melihat senyumnya sekarang. Saya tidak dapat menfokuskan diri padanya. Semua yang dapat saya lakukan adalah memperhatikan dada Anne yang sekali-kali naik sewaktu menarik nafas dan berulangkali memohon pada Tuhan agar menyelamatkannya.
Ia hidup dan memaafkan saya. Saya membawanya pulang dari rumah sakit, dan kami segera memulai proses sulit membangun kembali perkawinan kami. Saya meminta dan memperoleh penempatan kembali tugas di mana saya sama sekali tidak akan berhubungan dengan Sandy. Dan saya mulai kembali berpacaran dengan Anne. Kami bertemu beberapa kali seminggu untuk makan siang, dan saya selalu membawa bunga atau hadiah. Kami juga "berkencan" sedikitnya sekali atau dua kali seminggu dan mengobati luka batin dan perasaan bersalah. Beribu kali saya mengatakan pada Anne bahwa saya mencintainya dan bahwa selalu akan berada di sini untuknya mulai sekarang, apapun yang terjadi.
Itu memakan waktu hampir setahun, akhirnya kami sampai pada titik di mana kami merasa perlu memperbaharui janji perkawinan kami. Kami melakukannya pada hari ulang tahun. Kami mengundang beberapa teman dekat ke gereja kecil yang indah dan melangsungkan perkawinan sekali lagi.
Perkawinan kami lebih dekat dan kokoh dari sebelumnya. Kami telah berhasil melalui yang terburuk yang dapat terjadi pada kami dan bersatu kembali sepanjang hidup.
Sementara Anda membaca kisah Anne dan Lionel, Anda mungkin berpikir, "mengapa menceritakan begitu banyak bagaimana semuanya terjadi dan bagaimana buruknya kemudian." Alasannya sederhana. Penting bagi Anda melihat dan mengetahui bagaimana seorang suami yang mencintai (atau isteri) dapat begitu jatuh cinta pada orang lain sampai tega membohongi isterinya. Memang tidak ada pembenaran. Perselingkuhan adalah hal yang jelek dan tidak pernah ada alasan untuk terjadi. Tetapi kita harus mengakui betapa merusaknya akibat terhadap pasangan yang dikhianati. Anne, walaupun sangat bersalah dalam usahanya untuk bunuh diri sangat menderita sebagai akibat perselingkuhan suaminya.
Walaupun dalam perkawinan yang begitu parah yang hampir mengakibatkan kematian salah satu pasangan, tetap ada penyembuhan dan harapan. Jika kedua pihak dalam perkawinan memutuskan saling komit satu sama lain dengan komitmen yang melampaui perhatian pada orang atau benda lain, mereka dapat menciptakan perkawinan dan keluarga yang sehat dan penuh kasih. Walaupun komitmen dalam sebuah relasi dilanggar, hubungan itu dapat diperbaiki, dan kalau itu terjadi, hubungan itu menjadi lebih baik dan kokoh.
KOMITMEN PADA SETIAP INDIVIDU
Komitmen bukan hanya pada keluarga sebagai persatuan antara suami dan isteri; dalam keluarga yang kokoh, hal itu juga ada di antara setiap individu dalam keluarga. Seperti seorang ibu dari Florida mengomentari,
Setiap orang menjadi bagian dari keluarga dan setiap bagian itu berharga.
Komitmen semacam ini membantu setiap orang dalam keluarga merasa berharga dan aman. Seorang isteri dari Illionis memberi wawasan sebagai berikut:
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, setelah terserang penyakit fisik dan bertukar pekerjaan, sesuatu terjadi dengan saya - yang menghantam mental dan emosi saya. Saya kira saya menderita sakit mental. Saya kehilangan kontrol atas hidup saya dang mengalami depresi yang sangat berat sehingga tidak dapat berfungsi. Tidak ayal lagi saya sungguh tidak menyenangkan bagi lingkungan di sekitar saya.
Mungkin tidak ada orang yang pernah tahu alasan mengapa itu terjadi, tetapi saya bisa mengatakan bahwa keluarga saya tidak pernah meninggalkan saya. Suami saya mencari terus sampai menemukan tim dokter yang hebat untuk menyembuhkan penyakit saya. Dengan pertolongan mereka, ia menemukan seorang konselor. Ia harus melakukan itu karena orang yang mengalami depresi tidak memiliki energi atau inisiatif.
Anak perempuan saya mengatur kembali jadwal rencana agar dapat mengantarkan saya sejauh empat mil ke Springfield untuk sesi konseling mingguan saya. Ia selalu merencanakan sesuatu yang khusus dalam perjalanan kami ke kota - berbelanja, makan siang, atau kunjungan ke museum - yang dapat membangkitkan semangat saya.
Kakak saya datang dan atau tidak kali seminggu ke rumah. Katanya untuk minum kopi atau ngobrol, tetapi ia selalu membereskan dapur, mencuci, memotong rumput, atau membersihkan ruangan selagi di sana.
Setelah beberapa minggu mengalami depresi hebat, saya mulai merasa lebih baik. Kesembuhan total saya memakan waktu hampir setahun.
Saya berterima kasih tidak terhingga kepada beberapa teman dekat saya dan pada gereja atas pertolongan mereka dalam proses penyembuhan saya. Khususnya, saya berterima kasih kepada keluarga saya. Walaupun sakit, saya selalu menyadari adanya dukungan dan kesabaran mereka.
Anggota keluarga yang kuta menyatakan komitmen satu sama lain bukan hanya dengan kata-kata melainkan dalam investasi waktu dan energi. Komitmen mereka sungguh nyata.
Kisah dari keluarga kokoh lainnya menggambarkan hal ini. Mary dan Rob telah menikah selam dua puluh delapan tahun dan mempunyai tiga anak. Anak tengah, Erin, sekarang berusia dua puluh empat, mengalami pertumbuhan mental yang lambat. Sejak ia lahir, mereka bersatu sebagai keluarga untuk menolong Erin menjadi sebaik mungkin, seperti dilakukan untuk anggota keluarga lainnya. Mary mencurahkan banyak waktu untuk program terapi rumah secara intensif sewaktu Erin masi kecil. Kaka Kit dan isterinya mengikutsertakan Erin dalam liburan tiap tahun dan merencanakan aktivitas khusus yang diminatinya. Adik Judy menolong Erin memperoleh pekerjaan dan membantunya sampai ia dapat melakukannya sendiri. Seluruh keluarga aktif dalam berusaha menolong orang dengan kebutuhan khusus. Mary mengatakan mengenai komitmen mereka satu sama lain :
Kami sebuah tim, keluarga adalah jantung dan pusat pikiran kami. Kami siap membantu karena jika salah satu dari kami menderita, kami semua terluka. Masing-masing di antara kami itu sangat berarti, seperti The Three Musketeers - "satu untuk semua dan semua untuk satu!"
... bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.