Minggu, 28 September 2014

Renungan 28 Sept 2014

Penyakit Kanker
Ibr. 12 : 2 - 3
Pdt. Prof. DR. S.J. Sutjiono

Ada seorang isteri dokter terkena penyakit kanker tulang yang ganas. Ia pernah dibawa ke Jepang untuk berobat, namun penyakit kanker tersebut belum juga sembuh. Akhir-akhir ini sudah ada benjolan di tulang kakinya. Para dokter serumah sakit termasuk suaminya, merasa resah sekaligus heran, karena sudah sepuluh tahun lebih sang isteri yang mengidap penyakit kanker tersebut kelihatannya masih biasa-biasa saja. Kadang-kadang sang isteri mengeluh kepada suaminya : "Bagaimana ya jika saya mati, empat orang anak kita masih kecil-kecil. Siapakah yang akan mengasihi dan merawat mereka?" Sang dokter yang tabah dan beriman kepada Yesus menjawab : "Ya kalau sudah sampai waktu Tuhan kita dipanggilNya, kita harus pasrah. Anak-anak pasti dipelihara oleh Tuhan yang Maha Pengasih. Jangan kita memandang kepada penyakit, melainkan serahkan penyakit itu kepada Tuhan Yesus, yang telah menanggungnya di atas kayu salib. Kita harus belajar berserah dan pasrah kepadaNya serta mempercayakan segala sesuatu kepadaNya.
Percuma dan sia-sia kita memikirkan penyakit kita, dimana kita sama sekali tidak berdaya sedangkan kita telah berusaha semaksimal mungkin. Berobat sampai ke Jepang. Pada akhirnya hidup dan mati kita ada di dalam tangan Tuhan Yesus." Sang isteri menjadi terhibur dan dikuatkan olehNya.
Baru-baru ini saya berkunjung ke rumah dokter dan seluruh keluarga tampak ceria. Bahkan sang isteri sedang menantang anaknya yang masih kecil. Wajahnya yang cerah tidak memperlihatkan bahwa ia mengidap penyakit kanker tulang yang ganas. Dokter itu pernah berkata kepada saya : "Justru yang saya takuti, jika seseorang yang terkena penyakit kanker seolah sudah divonis hukuman mati atau telah dinyatakan tidak tertolong lagi dan hanya tinggal menunggu waktunya saja. Orang yang bersangkutan menjadi putus asa dan murung. Penyakitnya dirasakan makin menjadi-jadi, seolah-olah tidak ada pengharapan lagi. Hal inilah yang menggerogoti usianya yang masih sisa, malahan akan mempercepat kematian."
Jika anda mengidap penyakit kanker atau penyakit yang tidak terobati, bagaimanakah sikap dan reaksi anda? Apakah anda seperti bintang yang tidak bergemerlapan lagi? Atau seperti bulan yang tidak bersinar lag? Atau seperti matahari yang gelap dimakan gerhana? Dimanakah Tuhan Yesus yang anda imani? Apakah anda sia-sia percaya kepadaNya, tiada penghiburan dan tiada kekuatan daripadaNya?

I.   Memandang kepada Yesus yang berkuasa menolong kita
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. (ay 2a) Marilah kita melakukan, berarti kita menanggalkan semua beban dan pikulan yang memberatkan hidup kita, yaitu bila kita merasa letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11:28). Ada orang yang merasakan beban rumah tangga, isteri, suami atau anak-anak, biaya hidup yang harus ditanggungnya, merasa letih dan berat. Beban dan tanggung jawab pekerjaan yang menekan dan meletihkan hidupnya. Beban penyakit yang menjadi pikiran dalam kaitan dengan keluarga dan rumah tangga. Ditambah dengan dosa yang begitu merintangi kita. Dosa yang terus melekat pada kita. Dosa yang mudah menjerat kita. Dosa yang menjadi penghalang dalam perlombaan iman. Dosa bukan saja merintangi tetapi juga terus menerus melekat dan menjerat kita, yang akhirnya membinasakan kita. Dosa apakah yang selalu melekat pada anda dan anda sendiri tidak dapat melepaskannya? Dosa apakah yang telah menjerat anda? Hanya Yesus yang berkuasa melepaskan anda. Mengapakah anda tidak datang kepadaNya dan mohon agar Dia membebaskan anda dari dosa-dosa itu, sehingga anda tanpa rintangan dapat berlari dengan tekun untuk memenangkan perlombaan yang diwajibkan bagi anda? Kita harus menanggalkan dan melepaskan sama sekali semua beban dan dosa kita, sehingga kita menjadi orang yang tidak terikat pada dosa atau beban apapun juga.
Hidup anda seperti di dalam rumah kaca yang terlihat dan disorot oleh semua orang. Ada begitu banyak saksi, penonton yang menyaksikan anda sedang berlomba. Termasuk orang-orang yang bersimpati dan yang mengasihi anda, juga orang-orang yang memusuhi anda, karena dengki dan iri hati. Jika anda kalah dalam perlombaan, maka orang-orang yang mengasihi anda akan sedih dan kecewa. Namun musuh-musuh anda menghina dan mengejek anda. Tetapi kalau anda menang, sorga bersukacita.
Hidup adalah kancah perlombaan. Bagaimanakah anda bisa menang dan selalu hidup dalam kemenangan? Caranya adalah memandang pada Tuhan Yesus yang berkuasa menolong anda. Mata harus tertuju kepada Yesus. Ada orang seperti isteri Lot, matanya tertuju kepada harta benda atau uang, akhirnya binasa menjadi tiang garam. Ada orang matanya tertuju kepada orang, mengharapkan bantuan dan pertolongan orang tetapi pada akhirnya dikecewakan. Ada orang yang memandang dirinya sendiri, sombong tidak karuan atau dapat frustasi tanpa berdaya. Memandang kepada Yesus yang mengadakan iman dan menyempurnakan iman. Dialah yang menolong kita untuk beriman kepadaNya dari permulaan sampai akhirnya. Jika kita memandang Yesus, terlebih pengharapan dan iman kita kepadaNya. Bahkan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Percaya tanpa bimbang dan ragu, Dia berkuasa menolong kita. Orang yang berharap kepada Yesus, tidak akan dikecewakan. Sehingga dengan yakin kita dapat berkata bahwa Yesus yang hidup adalah penolong kita.

2.   Memandang kepada Yesus yang menderita karena kita
Yesus... yang dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan tahta Allah. Yesus tahan menderita di kayu salib! Ia tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu adalah suatu hal yang memalukan. Ia hanya mengejar kegembiraan yang akan dirasakanNya kemudian.
Sebenarnya penderitaan Tuhan Yesus di atas kayu salib, karena Ia menanggung segala dosa kita. Memikul segala kutuk hukuman dosa dan mengangkut segala penyakit kita, supaya oleh bilurNya kita disembuhkan dan oleh darahNya segala dosa kita disucikan dan kita tidak dihukum lagi. Ia tahan menderita di kayu salib, demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Seorang ibu mampu menahan rasa sakit bersalin, seorang pahlawan rela menderita demi kemerdekaan bangsanya. Orang dapat bertahan di dalam penderitaan, oleh karena cita-citanya yang luhur dan mulia.
Yesus tidak peduli mati di salib yang memalukan. Ada orang yang tidak tahan mendengar ucapan orang yang mengejek dan memfitnahnya dengan kata-kata yang menyakitka, sehingga ia berhenti melayani Tuhan. Orang yang tidak tahan dalam pelayanan bagi Tuhan, disebabkan belum belajar secara mendalam dari Yesus yang tidak peduli mati di salib dan tidak peduli terhadap orang yang memusuhi anda karena dengki? Dapatkah anda mengabaikan omongan orang yang menekan dan menyakitkan hati anda? Pandanglah pada Yesus, Ia hanya mengejar kegembiraan yang akan dirasakanNya kemudian. Pepatah mengatakan: "Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian. Bersakit-sakti dahulu, bersenang-senang kemudian."
Penderitaan karena Yesus dan pelayanan itu, bukan soal jika kita dapat memandang kepadaNya dan upah surgawi yang abadi serta hidup yang kekal. Semua hal itu sebanding dengan apa yang kita terima di sorga kelak. Sungguh tepat kata Tuhan Yesus : Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukaciba dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu (Mat. 5:10-12) Sekarang Ia duduk di sebelah kanan tahta Allah, Ia yang memerintah mereka segala kuasa di sorga dan di bumi.

3.   Memandang kepada Yesus yang menguatkan kita
Ingatlah akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa (ay 3)
Coba pikirkan, bagaimana sengsaranya Yesus. Kita sering lupa, kurang memikirkan dan menghayati kesengsaraan Yesus. Kita harus selalu ingat Yesus dan merenungkanNya, betapa Ia menderita sebab kita, agar kita tak menyalibkanNya untuk kedua kalinya. Sukar dibayangkan dan dirasakan bagaimana sengsaranya Yesus disalib. Jika kita dapat memahami, menghayati dan tahu betul kesengsaraan Yesus, maka kita seperti Paulus yang ingin mengenal lebih mendalam akan kesengsaraan. Tujuannya : supaya jangan kita menjadi lemah dan putus asa.
Banyak anak Tuhan yang sering lemah dan putus asa. Jelas hal ini bukanlah kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki kita kuat dan gagah perkasa dalam Tuhan. Bagaimanakah kita dapat berperang dengan setan dan menghadapi cobaan serta tantangan, jika kita lemah! Firman Tuhan kepada Yosua : Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu : Kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi. (Yos. 1:6, 9)
Tuhan tidak menghendaki hati yang kecut, kecil, tawar dan putus asa, takut atau kuatir. Semua itu bersifat negatif, dan bukan merupakan watak prajurit Kristus, bahkan merusak iman dan sekaligus menunjukkan ketidak percayaan kita kepada Yesus. Yesus yang berkuasa menolong kita dalam segala persoalan dan tidak berubah dahulu, sekarang dan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.