Saat Yang Menentukan
Pdt. Prof. DR. S.J. Sutjiono
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya : "Tuhan izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya : "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:21-22)
Tingkah laku di dalam hidup manusia, sangat menentukan dalam segala hal. Hidupnya ditentukan oleh waktu. Ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk mati. Ada saat gembira dan ada saat duka cita. Ada musim untuk menabur dan ada musim untuk menuai. Ada kalanya kita mendapat untung, juga ada waktunya kita rugi. Persoalannya, bagaimanakah kita menggunakan waktu itu dengan baik, kreatif dan efisien serta bermanfaat?
Ada orang yang tidak menggunakan waktunya secara tertib/teratur. Dibuang dengan sia-sia dan tidak produktif. Hidup sia-sia dan tanpa tujuan. Tuhan telah memanggil saudara dan saya pada waktu tertentu. Ada orang yang menerima panggilan itu, ada orang yang menolak dan ada juga yang menundanya.
Memang masih ada hari esok, tetapi mungkin hari esok terlambat bagi saudara. Tuhan Yesus memanggil saudara pada hari ini.
Memang masih ada hari esok, tetapi mungkin hari esok terlambat bagi saudara. Tuhan Yesus memanggil saudara pada hari ini.
1. Penangguhan
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya : "Tuhan izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." (ayat 21).
Menurut adat/tradisi orang Israel, telah menjadi suatu kewajiban yang suci bila seorang anak menguburkan orang tuanya yang meninggal dunia. Misalnya Yusuf telah meminta izin kepada raja Firaun untuk menguburkan ayahnya, Yakub (Kej 50:5).
Dan salah seorang murid Yesus yang mau mengikuti-Nya ini, harus menunda dahulu sampai orang tuanya selesai dikuburkannya. Dengan kata lain, ia ingin berkata : "Nanti saja setelah bebas dan ada waktu, baru saya mau mengikuti Engkau." Tetapi Tuhan Yesus yang bijaksana mengetahui hati dan pikiran manusia. Jika murid ini tidak mau mengikuti-Nya pada saat yang tepat dan harus ditunda terlebih dahulu, maka selanjutnya ia tidak akan mengikuti Yesus.
Jika seorang telah digerakkan oleh Tuhan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia, tetapi ia tidak mau bertindak, melainkan bermalas-malasan da menunda kesempatan yang indah; pasti kesempatan itu akan lewat, hilang dan tidak akan kembali lagi. Tragedi suatu kehidupan ialah melewati waktu emas dalam hidupnya dan tidak menggunakan saat itu dengan tepat. Akibatnya waktu emas itu akan seperti burung yang terbang tinggi dan tidak pernah kembali lagi. Cuma tinggal diratapi dengan sia-sia. Jika kita terdorong untuk berbuat sesuatu bagi kemuliaan Tuhan dan bekerja untuk-Nya, laksanakanlah. Jangan dibatasi oleh kelemahan dan kebiasaan buruk. Jika saudara ada kesempatan berbicara dengan seorang, berbicaralah dengan rasa simpatik, ingatkanlah akan kasih Kristus, kuatkan imannya dan doronglah ke arah kemajuan hidup rohani yang berguna.
Waktu itu akan berlalu dengan cepat. Waktu tidak pernah menunggu saudara. Coba saudara mengadakan evaluasi, mungkin tidak ada yang saudara kerjakan. Perkara yang jahat tidak saudara kalahkan. Kata-kata penghiburan seperti obat pada luka batin, tidak pernah saudara ucapkan. Tidak pernah bergerak dan tergerak berbuat sesuatu untuk Tuhan Yesus. Lengah dan lamban serta menunda, karena takut mengambil keputusan yang menentukan. Tidak pernah bertindak dalam aksi dan tidak berani menghadapi kenyataan hidup. Kita harus berani bertindak untuk ke luar dari kematian oleh karena dosa (pada saat sekarang ini). Jika tidak demikian, maka kita akan mati di dalam dosa kita untuk selama-lamanya.
Waktu sudah singkat, jangan menunda lagi : Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! (Rm 13:11-12).
"Saudara-saudara, inilah yang Kumaksudkan, yaitu : waktu telah singkat!" Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini, orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli.
Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang duniawi seolah-olah semua tidak mempergunakannya. Sebab dunia yang kita kenal sekarang ini, akan berlalu. Kedatangan Tuhan Yesus sudah di ambang pintu, tidak ada waktu lagi untuk menunda untuk mengikut Yesus. Tidak ada waktu lagi berpaling dari soal rohani ke soal jasmani. Bahkan kita harus berbuat sebaliknya, berpaling dari soal materi ke arah rohani, sehingga kita tidak menjadi materialistis. Jangan menunda sampai hari esok. Mungkin hari esok saudara terlambat!
Pada suatu waktu, ada sebuah pabrik roti yang memancangkan poster bertuliskan : "Besok, roti akan dibagikan gratis!" Keesokan harinya, pagi-pagi benar orang banyak sudah berkerumun. Setelah menunggu cukup lama, ternyata roti belum dibagikan juga. Orang-orang lalu bertanya kepada petugas di pabrik roti tersebut. Petugas pabrik menjawab : "Coba saudara-saudara baca poster itu dengan baik!" Besok adalah kata yang sering digunakan oleh si iblis untuk mengelabui manusia. Ia berkata : "Mau mengikut Yesus, besok saja ..." dan seterusnya. Akhirnya terlambat. Si Iblis akan tertawa senang karena ia menang. Karena itu, janganlah kita sampai ditipu oleh si Iblis. Hari ini adalah hari keselamatan bagi saudara yang sekarang juga mau percaya Yesus.
2. Tantangan
Tetapi Yesus berkata kepadanya : "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (ay 22)
Suatu ucapan yang agak janggal kedengarannya. Sebenarnya orang mati dapat diserahkan kepada tukang-tukang kubur yang dapat menguburkan orang yang telah mati atau perusahaan peti mati yang akan memakamkan mereka, sehingga kita ada waktu untuk mengikuti Yesus. Maksud orang mati secara rohani, yakni orang-orang hidup yang belum mengenal/percaya Tuhan Yesus atau orang-orang yang mati di dalam dosanya. Merekalah yang menguburkan orang yang mati secara jasmani. Tuhan Yesus tidak menolak orang-orang yang mengasihi atau setia terhadap orang lain, apalagi orang tuanya sendiri. Tetapi Tuhan Yesus menolak orang-orang yang lebih mengutamakan sesuatu atau seseorang lebih dari pada Allah. Siapakah yang terutama dalam hidup kita?
Selama orang tua kita masih hidup, kita berkewajiban mengasihi, menghormati dan memperhatikan mereka. Karena ini merupakan kewajiban dan perintah Tuhan bagi kita selaku anak. Bahkan ada janji Tuhan, jika kita mentaati perintah Tuhan ini, Ia mengaruniakan kepada kita umur yang panjang, bahagia dan berkat di dunia ini. Janganlah kita durhaka kepada orang tua kita, sebab ini perintah Tuhan!
Barang siapa mengasihi bapa dan ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu (Mat 10:37). Inilah tuntutan Allah, sebab Yesus adalah Allah yang menjadi manusia (Yoh 1:1-2, 14). Ia berhak menjadi yang terutama di dalam hidup kita, sebab Ia adalah sumber segala sesuatu. Ia menjadi sumber berkat dalam hidup kita. Ia yang menentukan hidup dan mati kita. Orang tua hanya menjadi wakil Allah di dalam dunia ini. Anak-anak bukan milik orang tua, melainkan titipan Tuhan. Sudah selayaknya anak-anak mengasihi Allah lebih dari pada orang tua mereka. Segala sesuatu karunia Allah dan sifatnya hanya sementara di dunia ini. Sudah selayaknya manusia lebih mengutamakan Allah, sebagai Pemberi segala sesuatu.
Seringkali atau ada saatnya kita berada di persimpangan jalan yang menentukan. Kita harus mengambil keputusan, saat ini sangat menentukan hidup kita selanjutnya. Mengikut Yesus atau menolak-Nya? Mengasihi Tuhan Yesus atau manusia? Mengutamakan Kristus atau harta benda (uang, keuntungan duniawi)?
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.