Selasa, 03 Februari 2015

Renungan 1 Februari 2015

Langkah Pertama
Komitmen Terhadap Keluarga Anda

DR. Nick & Nancy Stinnett; Joe & Alice Beam
Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaikinya? Bagaimana kami dapat berfungsi kembali sebagai keluarga? Saya telah mencoba semua langkah yang saya ketahui. Saya membawa Cindy jalan-jalan setidak-tidaknya sekali seminggu. Kami tidak pernah melalaikan satu sesi dengan terapis kami. Saya hadir pada setiap pertandingan anak-anak dan menghabiskan hampir setiap Sabtu sore main bola di halaman belakang dengan mereka. Akan tetapi, tampaknya tidak ada yang beres. Mereka sama sekali tidak dapat memaafkan saya. Seakan-akan mereka juga harus membatasi diri.
"Apakah saya harus menunggu selama bertahun-tahun agar mereka mempercayai saya kembali, atau apakah ada ayunan tongkat sihir yang dapat menolong saya?
Joe Bean mendengarkan Jeffrey dengan sabar sambil menunggu kesempatan menjawab keluhannya yang tanpa henti.
Jeffrey adalah seorang petualang yang kembali pada keluarganya. Hampir sembilan bulan sebelumnya, Jeffrey telah meninggalkan Cindy, isterinya selama dua belas tahun untuk seorang perempuan yang dikenalnya di ruang chatting internet. Kisah asmara mereka dimulai dengan cumbu rayu tanpa beban yang semakin bertiup keras bagaikan angin puting beliung yang membuat Jeffrey mau mengorbankan segala sesuatu yang semula dianggapnya sakral - termasuk keluarganya - dan terbenam dalam asmara yang memabukkan. Pada hari ia meninggalkan keluarganya, kedua anak laki-lakinya - berusia enam dan sembilan tahun - memohon agar ia tidak pergi, tanpa memperdulikan para tetangga yang melihat mereka menangis dan berteriak kepada ayahnya sambil mengikuti ke mobil Blazernya; sementara ia memegang satu tas penuh pakaian untuk pergi dari rumah. Jeffrey begitu tergila-gila pada kekasihnya sampai ia meyakinkan diri bahwa anak-anaknya akan lebih baik tanpa dia. Bagaimanapun juga, menurut pendapatnya, anak-anak akan jauh lebih baik berada dalam keluarga bahagia ketimbang dalam keluarga yang bermasalah.
Tidak mudah bagi Jeffrey mempercayai kebohongan itu ketika ia mencoba mengabaikan permohonan anak-anaknya dari alam sadarnya.
Akan tetapi, itulah yang dilakukannya.
Ia membiarkan mereka berdiri di situ. Sambil menutup pintu mobil dan menyalakan mesinnya, ia melihat Cindy keluar dari rumah dan memeluk anak-anaknya serta mencoba menghibur mereka. Jeffrey tidak menengok lama-lama. Ia tidak tahan. Sambil mengkertakkan giginya, ia melepaskan pandangan itu di hadapannya, dan menancap gas mobilnya untuk mundur. Keluar dari halaman, ia membanting kemudinya, memindahkan versneling untuk maju, dan menginjak gas. Bunyi roda berderit sementara ia mencoba melarikan diri dari kegagalannya. Ia menolak melihat ke belakang, ke arah isteri dan anak-anaknya sementara meninggalkan hidup mereka.
Dan berupaya meraih impiannya.
Hanya beberapa bulan berlalu ia mulai menyadari bahwa impiannya adalah sebuah mimpi buruk. Mabuk kepayangnya menguap menjadi terang kenyataan dan ia menyadari bahwa kekasih barunya bukanlah perempuan yang diimpikannya selama berpacaran lewat email.
Akhirnya, dengan penuh penyesalan dan rasa malu, ia memohon agar Cindy mau menerimanya kembali. Isterinya setuju, setelah banyak berdoa dan konsultasi dengan Tuhan. Namun, ia menuntut sebagai syarat kembalinya Jeffrey, mereka segera menjalani terapi perkawinan secara intensif. Hampir dalam waktu satu malam, Jeffrey menjadi suami dan ayah idaman. 60 hari setelah bersatu dengan keluarganya ia duduk di restoran dengan Joe.
"Jadi Anda bergerak dalam urusan perkawinan dan keluarga. Apakah isteri dan anak-anak saya akan membiarkan saya dekat kembali dengan mereka seperti sebelumnya? Apakah mereka akan menghukum saya seumur hidup?"
Jo menatap Jeffrey dengan tenang dan menjawab, "Mereka tidak menghukum Anda. Mereka takut pada Anda."
"Takut! Apa Anda sudah gila? Tidak ada yang perlu ditakutkan dari saya. Bahkan sewaktu saya terbenam dalam lembah dosa, saya tidak pernah melukai Cindy atau anak-anak atau siapapun juga. Apa yang Anda maksudkan? Mereka tidak takut pada saya."
"O ya, mereka takut." lanjut Joe. "Tetapi ketakutan mereka bukan karena anda akan melukai mereka secara fisik. Mereka takut Anda akan melukai mereka secara emosional. Anda akan meninggalkan mereka sekali lagi. Apa yang akan merintangi Anda untuk pergi lagi? Itulah yang terjadi di bawah sadar mereka. Mereka sedikit menarik diri dari Anda sebagai perlindungan bagi dirinya sendiri - seandainya Anda meninggalkan mereka lagi".
Jeffrey duduk terdiam beberapa saat, menimbang-nimbang kemungkinan itu dalam hati dan akhirnya dengan setengah berbisik berkata, "Tetapi saya kira mereka mengerti bahwa kembalinya saya membuktikan bahwa saya tidak pernah akan pergi lagi. Saya kira hal ini bisa dipahami.
"Maksud saya, seharusnya demikian, bukan?
"Lihat Jeffrey, apakah seharusnya demikian atau tidak bukan inti permasalahannya. Masalahnya adalah bahwa keluarga Anda tidak merasa sepenuhnya berkomitmen dalam hubungannya dengan Anda sampai mereka benar-benar yakin akan komitmen anda terhadap mereka. Saya tidak ragu bahwa mereka ingin dekat dan mengasihi Anda - seperti halnya Anda - tetapi Anda harus sadar bahwa setiap orang walaupun itu anak sendiri, merasa sulit mencurahkan kasih sayang yang tulus jika tidak dibalas. Anda kembali, tetapi Anda harus berbuat lebih banyak daripada sekedar kembali secara fisik. Anda harus menyakinkan isteri dan anak-anak bahwa mulai hari ini Anda berkomitmen pada mereka sampai akhir hayat.

.....bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.